Warga
Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, sempat dihebohkan oleh penemuan koin
emas (dirham) dalam jumlah besar di kuala Krueng Doy, Gampong Merduati.
Peristiwa tersebut, terjadi pada Senin (11/11/2013) lalu. Ratusan warga
terus berdatangan dan beramai-ramai menyusuri aliran Krueng Doy untuk
mencari koin kuno itu.
Informasi
temuan koin emas ini, awalnya diketahui Serambi dari warga Lampaseh
Aceh, Senin sore. Ia menyebutkan, seorang tetangganya mendapat sejumlah
kepingan koin emas seukuran kancing baju, di dasar kuala Krueng Doy.
“Ada
tetangga baru pulang cari emas di sungai. Banyak orang disitu rame-rame
turun ke sungai. Dapatnya banyak, ada yang sudah jual ke pasar sampai
seratus juta lebih. Tapi sekarang lokasinya sudah dijaga oleh polisi,”
kata warga tersebut.
Di
lokasi penemuan koin emas tersebut, selepas Magrib, terlihat puluhan
orang pria dan wanita, mulai dari orang tua sampai anak-anak, berada di
dalam sungai dengan peralatan senter, ember, dan perlengkapan lainnya.
Diperoleh
informasi bahwa aparat polisi bukan melarang warga untuk mencari emas
di sungai itu, tapi terpaksa membubarkan karena sudah menjelang magrib.
Apalagi, saat itu jumlah warga yang datang ke lokasi semakin banyak,
bukan hanya dari Kecamatan Kutaraja tapi juga dari wilayah lainnya.
Kabar
temuan koin emas, disertai bumbu penarik rasa penasaran, masih terus
merebak dengan cepat. Sehingga, hanya beberap menit setelah salat Isya
usai, lokasi tersebut kembali ramai dengan warga. Mereka datang dengan
membawa peralatan yang lebih lengkap.
Bahkan,
sekitar pukul 22.30 WIB, seorang warga kembali menemukan segenggam koin
emas. Keadaan ini semakin menambah semangat warga lainnya untuk turut
menceburkan diri ke sungai yang ketinggian airnya hanya sebatas paha
orang dewasa itu.
Temuan
koin emas di aliran sungai itu, kali pertama ditemukan oleh Shalihin,
warga Lampaseh Aceh yang sedang mencari tiram di dasar sungai, yang
sebelum tsunami merupakan kompleks pekuburan kuno. Aktivitas mencari
tiram sering dilakukannya dan warga setempat saat air sedang surut untuk
kemudian dijual.
Senin
pagi, saat sedang mengais dasar sungai untuk mencari tiram, langkah
Shalihin terhenti saat menemukan sebuah peti yang sekelilingnya
diselimuti tiram. “Dia memukul peti itu dengan parangnya untuk
melepaskan tiram yang menempel.
Namun,
peti itu terbuka dan berhamburlah koin- koin emas yang ada di dalamnya,
jumlahnya mungkin mencapai ribuan keping,” kata Gompal, Ketua Pemuda
Gampong Merduati.
Masih
menurut cerita Gompal, Shalihin dan beberapa warga yang berhasil
mengambil koin emas itu, langsung menjualnya ke toko emas di Pasar
Atjeh. “Ada yang mendapat Rp 117 juta untuk segenggam koin emas yang
dijualnya,” ungkap Gompal.
Informasi
lainnya yang diperoleh, hingga kemarin sore sudah banyak juga warga
yang berhasil mendapatkan koin emas itu dan menjualnya. Uang yang
didapat dari hasil menjual koin emas itu bervariasi, tergantung jumlah
koin yang ditemukan.
Di
lokasi penemuan, harga koin emas itu dihargai Rp 350 ribu per koin
seukuran kancing baju, dan Rp 800 ribu untuk koin seukuran uang logam Rp
1.000. Hingga berita ini diturunkan pukul 23.00 WIB malam tadi, lokasi
temuan koin emas itu masih dipenuhi warga yang mencari koin emas dari
dasar Kuala Krueng Doy.
KOETARADJA MILIKI BANYAK HARTA KARUN KARENA TIGA KALI DISAPU TSUNAMI
Kawasan
Gampong Pande, Banda Aceh yang dulu bernama Koetaradja, mendadak jadi
buah bibir di berbagai daerah lantaran ditemukannya harta karun
berlimpah pada pekan lalu.
Sedikitnya,
warga menemukan ribuan koin emas atau dirham dan sepasang pedang VOC di
areal tambak desa itu. Ternyata, kawasan harta karun tersebut sudah
tiga kali disapu bencana tsunami besar.
Faktor
itu diyakini menjadi penyebab utama, pusat Kerajaan Aceh Darussalam
itu ditinggalkan penghuninya dan banyak benda-benda bersejarah
berserakan atau tertimbun di situ. Data kepurbakalaan bahwa Gampong
Pande sedikitnya sudah tiga kali didera tsunami diungkapkan Dr Nazli
Ismail, Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unsyiah.
Doktor
jebolan Swedia ini mengakui, sudah melakukan kajian paleo tsunami di
Gampong Pande sejak 2011. Paleo tsunami adalah kajian tentang peristiwa
tsunami di masa lampau.
“Terungkap
bahwa di Gampung Pande ada dua priode pendudukan (settlement) dilihat
dari variasi batu nisan di sana. Satu periode bersamaan dengan Lamuri
(di Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar) dan yang satu lagi pada masa
Kerajaan Aceh Darussalam (di atas 1511 Hijriah),” ungkap Nazli.
Pergantian
settlement tersebut, diduga Nazli, berkaitan dengan kejadian tsunami
besar. “Satu kali terjadi pada pertengahan abad 14 dan satu lagi sekitar
500 tahun kemudian. Dan yang terakhir terjadi pada 26 Desember 2004.
Jadi, totalnya tiga kali,” kata Nazli.
Menurut
Nazli, tim riset yang dia pimpin, saat meneliti di Gampong Pande hanya
fokus pada variasi batu nisan di desa itu. Ditemukan satu jenis plak
pling mirip dangan yang terdapat di Lamreh, sedangkan yang lainnya
seperti batu Aceh biasa. Batu-batu nisan itu bertanda dua periode
pendudukan dengan masa yang berbeda.
“Sedangkan
di Lamreh kami temukan dua periode tsunami dan yang satunya terkoneksi
dengan periode Kerajaan Lamuri dengan nisan yang lebih kuno dibanding
batu Aceh biasa. Artinya, saat Lamuri berkembang, di Gampong Pande sudah
ada penduduk, tapi Lamreh setelah itu tidak berkembang lagi sampai
sekarang,” kata mantan wartawan Serambi Indonesia ini.
Hasil
temuan Nazli dkk sejalan dengan asumsi sejarawan Aceh, Drs Rusdi Sufi.
Menurut dosen pada Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah ini, ada dua
kemungkinan utama mengapa Gampo Pande sebagai pusat Kerajaan Aceh
dulunya ditinggalkan dan penghuninya pindah ke Dalam Darul Dunia yang
kini berlokasi sekitar Pendapa (Meuligoe) Gubernur Aceh.
Penyebab
pertama karena Gampong Pande sempat diduduki Belanda pada 1874 (saat
Aceh dipimpin Sultan Alaidin Mahmudsyah) dan kemungkinan kedua karena
Gampong Pande sebelumnya pernah dilanda tsunami besar, sehingga sebagian
besar penghuninya meninggal, sedangkan yang selamat mengungsi dan
akhirnya menetap di kawasan Dalam Darul Dunia (sekitar 5 km dari
Gampong Pande).
Pada
saat itulah diperkirakan Rusdi banyak barang berharga milik Kerajaan
Aceh, termasuk uang dirham berbahan emas, tertimbun dan terpencar di
kawasan Gampong dan sekitarnya. Sebagian dari koin emas itu ditemukan
pencari tiram pada Senin siang lalu. Keasliannya kini sedang diteliti
tim arkeolog dari Balai Kepurbakalaan Kemendikbud RI.
RIZWAN: PEDANG BERLAPIS EMAS VOC ITU DIJAGA HARIMAU DAN ULAR
Identitas
pemuda yang menemukan sepasang pedang berlapis emas peninggalan VOC di
lokasi penemuan emas, akhirnya terungkap. Kamis (14/11/2013), pemuda
yang menemukan pedang itu kembali datang ke Banda Aceh. Ia mengakui,
bernama Rizwan (26), asal Kota Langsa yang selama ini tinggal bersama
Muslim, pamannya, di Punge Blangcut, Banda Aceh.
Ditemani
rekannya bernama Mansyur dan Muslim, Rizwan bertutur kepada Serambi
cerita awal penemuan pedang VOC tersebut. Ia tertarik datang ke lokasi
tempat ditemukan ratusan keping koin emas, Senin lalu itu karena Mansyur
membawa pulang pecahan teko yang ia temukan di lokasi, Selasa (12/11)
siang.
Setelah
melihat pecahan teko tersebut, Rizwan minta kepada Mansyur agar
membawanya ke lokasi temuan. Permintaan itu dipenuhi Mansyur, lalu
mereka pulang. Karena tetap penasaran, akhirnya Rizwan sekitar pukul
23.30 WIB kembali ke Gampong Pande. Kali ini bersama temannya yang lain,
bernama Syaiful.
“Saya
sempat bertemu warga. Mereka sempat ingatkan saya agar tidak masuk ke
lokasi itu, karena menurut mereka kawasan terlarang. Kalaupun masuk,
risikonya tanggung sendiri. Tapi saya tetap masuk,” kata Rizwan.
Saat
Rizwan masuk ke lokasi temuan koin emas, Syaiful justru memutuskan
menunggu di permukiman warga. “Pada saat masuk ke tempat itu, saya lihat
ada seekor harimau besar yang berjalan di depan saya. Lalu saya jalan
lagi, tiba-tiba ada ular besar di pohon. Waktu itulah saya lari dan
pulang,” kata Rizwan.
Telanjur
penasaran, pada Rabu (13/11) sekitar pukul 14.00 WIB, Rizwan mengaku
kembali ke lokasi dengan mengajak Mansyur. “Setelah kedua pedang itu
saya temukan, saya dipergoki warga. Sehingga saya dibawa ke kantor
keuchik. Begitulah ceritanya. Saya pergi, karena waktu itu, saya tak
pakai baju, sehingga warga tidak sempat menanyakan siapa nama saya,”
ungkap Rizwan.
Sementara
itu, di lokasi Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande kemarin, mulai sepi.
Bahkan beberapa titik jalur masuk ke areal mulai dijaga ketat oleh
polisi dibantu TNI serta pegawai Kantor Kecamatan Kutaraja bersama warga
Gampong Pande dan Merduati.
“Kalaupun
ada warga yang ke lokasi, hanya karena mereka penasaran ingin melihat
tempat itu dan tidak ada yang berniat masuk untuk mencari koin emas atau
barang lainnya di tempat itu,” kata Camat Kutaraja, Yusnardi SSTP
kepada Serambi.
Ia
meminta seluruh warga agar senantiasa menyadari bahwa benda-benda dari
masa Kesultanan Aceh yang ditemukan di kawasan Kuala Krueng Geudong,
merupakan pusaka leluhur yang harus dijaga dan dirawat serta wajib
dilestarikan.
Sementara
di Kantor Keuchik Gampong Pande, Jalan Tgk Dikandang, tampak sebagian
warga menyambangi kantor desa itu. Mereka ingin melihat sepasang pedang
VOC yang ditemukan Rizwan, Rabu (13/11).
Untuk
mengatasi rasa penasaran warga yang mengunjungi tempat itu, di bagian
dinding kantor keuchik akhirnya ditempel dua foto bergambar pedang yang
ditemukan. Di foto pertama terlihat pedang sedang dipegang oleh tokoh
gampong dan foto satu lagi pedang telah diletakkan di atas sajadah.
Di
sana juga ada tulisan di kertas kanton merah, berbunyi “Untuk sementara
waktu demi keamanan kita bersama, maka pedang kami amankan dulu.
Demikian, untuk dimaklumi bersama. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih. Tertanda Keuchik Gampong Pande, Amiruddin. (mir)
KOIN EMAS DI KUTARAJA TERNYATA DARI DINASTI OTTOMAN TURKI
Misteri
asal muasal dua jenis dari ribuan koin emas yang ditemukan di Gampong
Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh mulai terkuak. Ternyata benda
bersejarah tersebut, berasal dari Dinasti Ottoman Turki dan Sultan Aceh.
Ribuan
keping dirham jenis pertama yang berukuran sebesar uang logam seribu
rupiah, ternyata dicetak pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman bin
Salim dari Dinasti Utsmaniyyah (Ottoman) di Turki.
Hal
tersebut, diungkapkan peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin
Muhammad yang melakukan penelitian terhadap dirham tersebut.
“Asal
keping koin itu terkuak berkat tulisan sebelah muka dirham tersebut
berbunyi ‘Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah `uzza nashruhu dhuriba
fi Mishr sanah 927′” kata Taqiyuddin, Selasa (20/11/2013).
Kalimat
itu, kata dia, bermakna “Sultan Sulaiman bin Sultan Salim Syah–semoga
dikuatkan kemenangannya–dicetak di Mesir pada tahun 927/6 (Hijriah).”
“Sultan
Sulaiman atau juga yang lebih dikenal dengan Al-Qanuniy adalah penguasa
ke-10 dari Dinasti Utsmaniyyah di Turki dan telah memerintah dalam masa
yang lama sejak kemangkatan ayahnya Sultan Salim pada 926 H/1520 M
sampai dengan wafatnya pada 974 H/1566 M,” terangnya.
Sementara
itu, satu jenis dirham lainnya seukuran kancing baju yang ditemukan di
tempat yang sama setelah diteliti tercetak nama seorang sultan besar
dalam sejarah Aceh. Pada bagian mukanya tertulis, “Alawuddin bin `Ali
Malik Azh-Zhahir”. Sedangkan sebelah belakang tertulis “As-Sulthan
Al-Adil”.
Menurut
Taqiyuddin, Sultan Alawuddin adalah putra Sultan Ali Mughayat Syah yang
dianggap merupakan pelopor kebangkitan Aceh Darussalam di awal abad
ke-16 M.
Sesuai
data inskripsi (kata-kata yang diukirkan pada batu atau dicap pada uang
logam) yang berhasil diungkap dari nisan makam Sultan Alawuddin yang
berada di kompleks makam Kandang XII, Banda Aceh, menunjukkan ia adalah
seorang sultan agung di kawasan Asia Tenggara dalam abad tersebut.
“Adalah
takdir Yang Maha Kuasa semata, dunia Islam pada waktu itu dikuatkan
oleh kehadiran kedua pemimpin umat ini, Al-Qanuniy di Barat dan Ri’ayah
Syah di Timur,” kata Taqiyuddin.
Penemuan
dirham Sultan Sulaiman Al-Qanuniy bersamaan dengan dirham bertuliskan
`Ala’uddin Ri’ayah Syah Malik Azh-Zhahir di Gampong Pande baru-baru ini
menjadi bukti kongkret adanya hubungan yang sangat kuat antara kedua
penguasa dunia Islam ini.
“Keduanya diibaratkan dua bersaudara yang telah menyumbangkan banyak kebaikan bagi umat Islam dalam abad ke-16 itu,” ujarnya.
Menurutnya,
masa pemerintahan Al-Qanuniy merupakan masa puncak kegemilangan Dinasti
Utsmaniyyah. Angkatan lautnya di bawah komando Khairuddin Barbaros
(Hayreddin Barbarossa) telah berhasil melakukan banyak gerakan
penaklukan yang penting dalam sejarah dinasti ini.
Dalam
masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuniy di Turki, Aceh berada
dalam pemerintahan Sultan `Ala’uddin Ri’ayah Syah yang menjadi sultan
setelah ayahnya, Sultan `Ali Mughayat Syah, mangkat pada 936 H/1530 M.
Sebagaimana
Al-Qanuniy, Ri’ayah Syah merupakan sultan yang memerintah dalam masa
yang lama pula, yaitu sampai dengan wafatnya pada 979 H/1572 M, dan
masanya juga merupakan masa kegemilangan Aceh Darussalam. (sar)
BUNDA KESURUPAN ROH PUTROE CANDEN SETELAH PENEMUAN PEDANG EMAS
Peristiwa-peristiwa
berbau mistis terus bermunculan seiring ditemukannya dua bilah pedang
berlapis emas peninggalan VOC Belanda, di Banda Aceh, Rabu (13/11/2013).
Selain
kisah pemuda penemu kedua pedang emas yang sempat dikejar harimau,
kehebohan lain terjadi pada Rabu sekitar pukul 16.15 WIB. Kejadian ini
persis setelah kedua pedang emas itu berhasil ditemukan.
Seorang
wanita yang biasa disapa Bunda, warga Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja,
Banda Aceh, mengalami kesurupan. Ia jatuh dari arah kerumunan warga
yang berdesak-desakan ingin menyaksikan penemuan kedua pedang VOC
tersebut. Wanita yang diperkirakan berumur sekitar 48 tahun itupun,
langsung dibawa ke dalam Kantor Keuchik Gampong Pande.
Dalam
ceracaunya, wanita itu mengaku bernama Putroe Canden dan meminta kedua
pedang yang ditemukan itu disimpan di sekitar Makam Tgk Di Kandang yang
berada di Gampong Pande.
Ia
juga minta semua orang tidak lagi mengeruk dan mengambil apa pun barang
yang ditemukan dari Kuala Krueng Geudong, tempat koin emas pertama
didapat.
“Selama
ramai orang yang datang ke tempat itu, kami telah terusik. Mereka telah
menghancurkan tempat kami. Bila barang kami tidak dikembalikan
tunggulah bencana datang,” ujar wanita itu di sela-sela tangisnya.
Putroe Canden yang mengaku keturunan dari para raja, terus meminta agar tempat peristirahatan mereka tidak diganggu dan dijamah.
SEKELOMPOK DUKUN COBA TEROBOS MASUK LOKASI HARTA KARUN KUTARAJA
Segerombolan
orang dengan gerak-gerik dan penampilan seperti paranormal (dukun),
dilaporkan berusaha menerobos masuk ke lokasi temuan koin emas (dirham)
dan pedang VOC di Kuala Krueng Geudong, Gampong Pande, Kecamatan
Kutaraja, Kota Banda Aceh.
Upaya
orang-orang tak dikenal tersebut, sempat menimbulkan ketegangan dengan
warga setempat yang sejak beberapa hari ini melakukan penjagaan ketat
dengan tidak mengizinkan siapapun masuk ke lokasi terlarang itu.
Informasi
adanya orang-orang tak dikenal yang berupaya masuk ke lokasi temuan
dirham diperoleh Serambi, Sabtu (16/11/2013) siang, dari sejumlah warga
Gampong Pande yang sedang mengamankan lokasi tersebut.
Menurut
warga, sejak Kamis (14/11) malam hingga Jumat (15/11), terlihat
beberapa orang tak dikenal dengan penampilan seperti dukun, bahkan ada
yang bertato, berusaha masuk ke lokasi temuan dirham dan pedang VOC di
Kuala Krueng Geudong.
Orang
asing itu datang dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri tiga sampai
empat orang menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat.
“Kami
sampaikan secara baik-baik bahwa lokasi itu sudah tidak diizinkan
masuk, dan kami diamanahkan untuk mengamankan keputusan itu. Tetapi
kebanyakan mereka tak bisa terima bahkan sempat terjadi perang mulut.
Ada yang mengeluarkan kamera dan memotret kawan-kawan kami yang berusaha
menghadang mereka,” ungkap seorang pemuda Gampong Pande.
Suasana
menjurus panas terjadi pada malam Jumat atau Kamis malam, ketika
beberapa orang asing yang membawa benda-benda aneh (seperti media
perdukunan) bersikeras untuk masuk ke lokasi temuan benda-benda kuno.
Pada
malam Jumat itu, seorang anak muda setempat sempat kemasukan sambil
menyebut-nyebut adanya orang-orang tertentu yang akan masuk melakukan
praktik perdukunan. Atas info itu, maka dilakukan penyisiran secara
lebih ketat dan terlihat beberapa orang di kompleks makam Tgk Di Kandang
seperti akan melakukan ritual tertentu.
“Warga
yang melakukan patroli langsung saja meminta orang itu pergi namun
sempat terjadi ketegangan,” kata seorang sumber di kalangan aparat Desa
Gampong Pande.
Keuchik
Gampong Pande, Amiruddin yang dikonfirmasi Serambi terkait masuknya
orang-orang asing yang mirip dukun itu, tidak bersedia berkomentar
panjang karena khawatir akan timbul masalah baru bahkan pertentangan
yang tak diinginkan.
“Ya,
saya juga mendapat informasi tentang orang-orang tak dikenal yang
berusaha masuk ke lokasi temuan dirham. Warga melarang karena sudah ada
keputusan lokasi itu tidak diizinkan masuk. Kita berharap semua pihak
memahami keputusan itu,” kata Amiruddin.
Seperti
diberitakan, sejak Senin siang, 11 November 2013, masyarakat Kecamatan
Kutaraja, Kota Banda Aceh dihebohkan penemuan koin emas (dirham) dalam
jumlah besar di aliran sungai dalam wilayah Gampong Pande.
Suasana
semakin heboh karena dua hari kemudian ditemukan lagi sepasang pedang
bercap VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie/persekutuan dagang
bentukan Belanda pada tahun 1602). Maka, semakin berduyun-duyunlah warga
dari berbagai kawasan untuk mengadu peruntungan ke aliran sungai yang
selama ini menjadi lokasi usaha pencari tiram tersebut. (nas/mir). @@@
Sumber: TRIBUNNEWS, BANDA ACEH.
Batu mustika muqorrobun
Batu mustika muqorrobun ini memiliki power sebagai sarana untuk :
mustika pengasihan, mustika kewibawaan, mustika kerejekian, mustika pagar diri dan ghaib, mustika pemagaran , dan mustika kharomah jati serta kharomah diri- Benteng diri / perisai diri dari serangan ilmu hitam / makluk ghaib kiriman orang yg hendak berniat jahat
- Pemagaran Puncak / tingkat tinggi
- Penglarisan Tempat usaha, bisa toko, daya tarik ,wibawa dll
- Mengembalikan serangan ilmu hitam kepada sang pengirim dan yg menyuruh mengirim
- Membuka Simpul Aura Kewibawaan terutamanya pengasihan
- Pagar Diri ditempat angker / yg seram
- POwer Aji Pukulan BRAJAMUSTI
- Disegani dan dihormati
- Kepekaan tentang hal ghaib
- DLL
MAHAR 1,850,000
Untuk pemaharan hub/sms 081362959537 ( bpk Hendro Susilo )
( mahar disini hanyalah sebagai penebus wujud fisiknya saja, karena yang namanya energi, kodam, benda berkekuatan tidak terbataskan nilainya dan tidak selayaknya kita perjual belikan karena semua ada dan tercipta karena anugrah sang pencipta ALLAH SWT)
Batu mustika muqorrobun ini memiliki power sebagai sarana untuk :
mustika pengasihan, mustika kewibawaan, mustika kerejekian, mustika pagar diri dan ghaib, mustika pemagaran , dan mustika kharomah jati serta kharomah diri- Benteng diri / perisai diri dari serangan ilmu hitam / makluk ghaib kiriman orang yg hendak berniat jahat
- Pemagaran Puncak / tingkat tinggi
- Penglarisan Tempat usaha, bisa toko, daya tarik ,wibawa dll
- Mengembalikan serangan ilmu hitam kepada sang pengirim dan yg menyuruh mengirim
- Membuka Simpul Aura Kewibawaan terutamanya pengasihan
- Pagar Diri ditempat angker / yg seram
- POwer Aji Pukulan BRAJAMUSTI
- Disegani dan dihormati
- Kepekaan tentang hal ghaib
- DLL
MAHAR 1,850,000
Untuk pemaharan hub/sms 081362959537 ( bpk Hendro Susilo )
( mahar disini hanyalah sebagai penebus wujud fisiknya saja, karena yang namanya energi, kodam, benda berkekuatan tidak terbataskan nilainya dan tidak selayaknya kita perjual belikan karena semua ada dan tercipta karena anugrah sang pencipta ALLAH SWT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar