Bulu Perindu Sukma
https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSMuyclZRZF-E5jwtOBQjHBauWr8ApIiVvOzvpSnDtVTLyvMhvk_A
http://3.bp.blogspot.com/-xmTT4hSP4Y0/U3cXlQ58WEI/AAAAAAAAAGE/YVDQ8thOGbo/s1600/10342009_474747462656295_8105383633532268584_n.png
Keaslian Bulu Perindu Yang mempunyai energi paling tinggi akan seperti ini,saling melilit jika di pertemukan

Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma

UNTUK MENGGUNAKAN BULU PERINDU INI JIKA ANDA MEMPUNYAI TARGET KHUSUS DI HARAPKAN MENGIRIMKAN DATA Ke  Whatsapp  08216463294 SEPERTI NAMA PANGGILAN MASING2 DAN FOTO MASING2 ANDA DAN PASANGAN 
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh,
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
minyak bulu perindu mahar 650.000 sudah ongkos kirim
kekuatan minyak bulu perindu ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh,


"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"

"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
Gak banyak-banyak deh, Cuma mo bilang makasih kepada Bapak Mas Maulana atas bantuannya. Kini istri saya semakin sayang dan perhatian , Buluh perindunya mantabs banget deh pokoknya.

Mondanamondan***@gmail.com
Muhammad Akbar
Karyawan Bank Swasta
Jl. Pahlawan No. 59 Bandung

Awalnya percaya nggak percaya sih. Namun ternyata gadis impianku kini bisa berada di sampingku. Buluh perindu dari Bapak Mas Maulana memang bisa diandalkan.tempo beberapa hari sudah ada reaksinya Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Mas Maulana S.

Rohmat _ megacom***@yahoo.co.id
SMK Tunggal Cipta, Sambirejo, Barukan, Manisrenggo


Ragu pada saat melihat-lihat di google karena memang sangat banyak yang menawarkan Buluh Perindu. Belum lagi komentar dari orang-orang yang bernada “miring” ditambah lagi dengan pengalaman pahit product sejenis yang tidak bereaksi apa-apa membuat saya menjadi malas. Tapi entah kenapa dengan Bapak Mas Maulana Mas Maulana ini saya merasakan ada yang berbeda, akhirnya saya putuskan untuk mencoba menggunakan Buluh Perindu dari bapak Mas Maulana dengan modal spekulasi. Kalau berhasil ya Alhamdulilah jika masih gagal ya sudahlah namanya juga usaha. Beberapa waktu sejak order Buluh Perindu datang sepertinya tidak terjadi perubahan namun saya tetap konsisten menjalanka Ibadah dan senantiasa berdoa dan tidak berapa lama akhirnya masalah saya terselesaikan. Usaha saya lancar jaya..

Dedi Mulyono
Pengusaha Bisnis Retail
Hallibrezekimelim***@yahoo.com
Jl.Jend.Sudirman no.32 Makasar


Mohon maaf kepada Bapak Mas Maulana, awalnya saya sempat meremehkan Buluh Perindu dari Bapak karena pengalaman buruk saya menggunakan Buluh Perindu dari orang lain tidak berhasil. Berkat saran- saran dari Bapak untuk menjalankan amalan-amalan ibadah dengan konsisten akhirnya saya dapat menyelesaikan masalah yang mendera saya. Buluh Perindu dari Bapak Mas Maulana memang manjur. Terimakasih
Titik _ titikban***@plasa.com
Jl. Gajah Mada, Bangil, Jawa Timur

Akhirnya Hutang Gue bisa gue cicil memang hebat resep dari mas Mas Maulana. Maju terus Buluh Perindu nya ya mas.
Binsamdonysemestar***@plasa.com
Jl. Raya Cetho - Sukuh, Karanganyar

Mas Mas Maulana, Masalah sudah terselesaikan, terimakasih banyak. Jempolan memang Buluh Perindunya. alhamdulillah istri saya yang pergi sudah kembali ke rumah dan keluarga kami semakin harmonis.
Roihanabadipuls***@ymail.com
Tuban, Jawa Timur

Bener-bener beda, syarat ndak repot, Buluh Perindunya bisa diwarisin lagi. Dimana coba bisa nemu produk seperti ini. Btw terimakasih kang Mas Maulana. Masalah yang lalu kini tinggal masa lalu. Sekarang saatnya menikmati kehidupan yang baru. Suamiku sudah tidak suka selingkuh lagi, dan semakin betah di rumah setelah pulang dari kantor.
dewi _ mutia***@yahoo.com
Playen, Gunungkidul

Asalkan sabar dan terus berupaya semuanya akan bisa teratasi. Yang penting jangan menyerah dan tetap lakukan amalan-amalannya dan tunggu hasilnya. Di di usia yang ke 38 tahun akhirnya saya mendapatkan istri yang cantik . Saya tidak ragu untuk merekomendasikan produk Bapak Mas Maulana yang terkenal dengan Buluh Perindunya.
Sanudin _ sanu***@yahoo.com
Jl Parakan Paat 3 no 142 Rt 01 Rw 07 Kel Cis Endah

Jadi gak takut nih mo nyicil barang-barang, semuanya bisa terlunasi kok sekarang. Penghasilan udah nambah, memang gak banyak banget tapi alhamdulillah . Terima kasih Pak Mas Maulana udah bantuin. dan saya semakin rajin berinfak atas saran pak Mas Maulana
imronmuslimin***@gmail.com
Ds. Tegalrejo RT 03 / RW 02 Kec. Merakurak, Tuban

Mau kasih testimoni apa ya? Susah juga kalo gak nyobain sendiri. Pokoke Buluh Perindu. Top markotop deh Mas Mas Maulana nya..
MrMmultisejaht***@rocketmail.com
Kp. Cibogo RT 01 RW 01 Ds. Sukajadi.

Setelah transfer harap konfirmasi ke SMS/WA 082164632944 ( Mas Maulana ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS
SEBAGIAN KECIL TESTIMONI DARI BBM DAN MASIH BANYAK LAGI

Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia


http://1.bp.blogspot.com/-lGMdArxWZDQ/VSTpL-hDP5I/AAAAAAAAAI8/sViixdZ-SrM/s1600/ilmu%2Bpelet%2Bbulu%2Bperindu%2Bampuh.JPG

Selasa, 13 Mei 2014

INTERMEZO BUDAYA: ARISAN KEMATIAN

Yth sedulur pembaca KWA yang budiman, sebagaimana yang sudah diketahui bersama bahwa blog kita ini sangat perduli dengan pengembangan budaya di tanah air. Kita juga secara rutin mengadakan kegiatan-kegiatan yang ada di aras budaya dengan maksud agar budaya bangsa kita tetap lestari dan terjaga, termasuk agar budaya bisa terproses kreatif dan menjadi agenda buat daya cipta. Nah, dalam konteks itulah kami ingin kembali —setelah sekian lama terkubur oleh artikel-artikel amalan dan ilmu-ilmu metafisika praktis– menampilkan salah satu artikel budaya. Tidaklah muluk-muluk apa yang diharapkan, kecuali kami ingin sekedar sebagai jembatan lintas budaya di arus informasi saat ini. Terima kasih dan salam budaya. (WONG ALUS)
ARISAN KEMATIAN
sumber: TEMPO
Tana Toraja terkenal akrab dengan kematian, tradisi yang melekat sejak animisme masih dianut. Salah satu kegiatan yang masih berlangsung sehubungan dengan itu adalah ma’nene, ziarah kubur dengan membersihkan dan mengganti pakaian para jasad. Wartawan Tempo, Irmawati, berkesempatan mengikuti warisan aluk todolo (adat orang dulu) ini di Desa Bululangkan, Kecamatan Rindingallo, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, September lalu.
Jasad Esra Lumbaa yang masih utuh, meninggal 11 tahun lalu. (Irmawati)
PULUHAN peti jenazah beraneka usia berjejer di depan setiap patane atau rumah makam keluarga. Setelah tiga tahun, baru peti-peti itu dikeluarkan. Wujudnya macam-macam. Ada yang polos, ada yang berukir khas Toraja. Beberapa jasad dalam peti masih terbungkus rapi, sebagian lainnya ada yang kotor berdebu. Nama-nama yang tercantum di masing-masing kain sulit dibaca.
Di samping puluhan peti itu, terdapat bungkusan jenazah lain tanpa peti. Bentuknya seukuran tubuh manusia yang dibalut kain tebal. ”Nek Banaa tak suka dikasih peti,” kata Sarlota Sanda, putrinya.
ritual-toraja
Di patane sebelah, tiba-tiba terdengar sorak-sorai. Keluarga yang sedang membuka peti mayat para leluhurnya itu tampak kegirangan. Satu mumi laki-laki sedang dipegang dalam posisi berdiri. Ia tampak utuh. Massa tubuhnya sedikit mengecil, meski tingginya bak orang normal. Namanya: Bapak Esra Lumbaa. Menurut keluarga, ia wafat pada 1998.
Jeprat-jepret kamera langsung terjadi, baik dengan kamera saku, handycam, maupun telepon seluler. Beberapa orang minta difoto bersama mumi-mumi itu. Tak ada rasa takut. Ada yang menciumi mumi-mumi tersebut berulang-ulang.
Tapi, dalam hitungan menit, ekspresi kegirangan itu segera berganti. Tawa berubah menjadi tangisan. Lambat-laun tangisan saling bersambut hingga terdengar seolah berkejaran satu sama lain. Setelah senang melihat wujud jasad yang masih utuh, kali ini mereka mengutarakan rindu dan kesedihan mereka, sepeninggal orang-orang kesayangan itu ke alam baka. Suasananya seperti drama sebuah arisan berkala dengan mereka yang telah pergi selamanya.
***
Jasad Markus moli, yang wafat 2002. (Irmawati)

’Arisan’ berkala itu adalah ma’nene atau upacara penggantian kain jenazah yang menjadi wujud rasa hormat kepada para leluhur, atau semacam ziarah kubur. Ma’nene, yang artinya menanam bunga, adalah warisan aluk todolo (adat orang dulu) saat masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Prosesi ini digelar setelah pesta rambu solo, upacara pemakaman yang sering juga disebut pesta kematian, dan sebelum rambu tu’ka atau pesta naik rumah Tongkonan—rumah asli Toraja dengan atap menyerupai perahu.
Kepada antropolog Toby Alice Volkman, yang menuliskannya dalam buku Feast of Honor, Ritual and Change in The Toraja Highlands, seorang warga Toraja mengatakan bahwa dalam tradisi ma’nene, mereka yang masih mempercayai tradisi aluk ini harus ikut serta, yang paling miskin sekalipun. Ia biasanya diadakan pada Agustus, setelah mereka yang mati dikuburkan dan sebelum musim tanam dimulai. Di sejumlah daerah upacara ini diadakan hanya lima atau sepuluh tahun sekali.
Kali ini penyelenggaranya adalah Desa Bululangkan, Kecamatan Rindingallo, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Toraja Utara adalah kabupaten baru, hasil pemisahan dari Kabupaten Tana Toraja. Beberapa kecamatan di Toraja Utara yang masih menggelar prosesi ini adalah Rindingallo, Ampang Batu, Kantun Poya, Baruppu, Awan, dan Sesean.
Desa Bululangkan berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Rantepao, pintu masuk wilayah Tana Toraja. Jarak ini jika kita menempuh jalur Tikala yang saat ini hanya bisa dilalui dengan kendaraan roda dua. Jika bermobil, jalan yang harus dipilih adalah berputar melalui Lolai sehingga jaraknya lebih jauh dan medannya pun lebih berat karena kondisi jalan yang rusak. Di desa ini ma’nene disepakati digelar setiap tiga tahun.
1441266_690377080980434_1434779709_nMenurut Yunus Lumbaa, 53 tahun, tujuan prosesi ma’nene zaman dulu adalah menyembelih kerbau bagi mereka yang saat pemakaman belum melakukannya. Kini ma’nene tetap digelar, meski tujuannya lebih untuk mengingat leluhur dan menjaga silaturahmi keluarga. Apalagi ma’nene sering digunakan untuk ajang berkumpul mereka yang merantau.
Menumpang Toyota Avanza, Tempo dan tiga wartawan lain pada akhir Agustus lalu bergerak menuju Desa Bululangkan. Matahari sudah tampak, meski udara terasa dingin. Mobil mendaki dataran tinggi berbelok-belok, melalui banyak persimpangan dengan kondisi jalan yang hanya kadang-kadang mulus. Kontur daerahnya berbukit-bukit dengan vegetasi yang rapat. Udara sungguh segar. Kabut tebal menyelimuti meski waktu sudah menunjukkan lewat pukul tujuh pagi.
Setiba di Lembang (Desa) Bululangkan, suasana terasa sunyi. Tak banyak warga lalu-lalang di rumah-rumah seperti lazimnya permukiman. Menyusuri jalan menuju bukit, sebagian orang mulai tampak. Di sisi sebelah kiri jalan terdapat enam buah patane: satu dari kayu, lima lainnya dari bangunan beton. Di situ banyak warga desa berkumpul. Mereka mengeluarkan peti-peti jenazah dan jasad yang terbungkus kain tebal dari dalam makam. Tak ada yang terganggu oleh kedatangan orang asing atau turis di lokasi.
Foto keluarga dengan mereka yang diganti kain jasadnya. (Irmawati)
Sebagian warga sudah mulai membuka lapisan-lapisan kain yang berisi jasad keluarga mereka. Tampak potongan tulang dari bagian tubuh ataupun kepala. Sambil dibersihkan, sebagian ditebar dan dijemur di bawah terik matahari pagi. Beberapa warga nongkrong, menikmati bekal mereka. Kaum lelaki mengisap rokok dan meminum kopi hitam. Nyaris tak ada bau apa pun dari jasad yang terbuka itu. Kalaupun ada yang tercium oleh hidung, yang terasa menyengat adalah bau kemenyan dan kapur barus.
Sarlota Sanda, 54 tahun, hadir di situ dengan tiga saudaranya, Debora Tumba’ (56), Samaa Moli’ (52), dan Benyamin Bondo (40). Namun, tak seperti keluarga Lumbaa, keluarga Sarlota hanya membuka sebagian. Jasad kedua orang tua mereka, Moli Sesa’ dan Nek Banaa, dikeluarkan dari peti, kemudian dibuka sepertiga pada bagian atas saja, sehingga yang kelihatan hanya muka dan kepala.
Dari penglihatan Tempo, bagian kepala jasad Moli Sesa’ terlihat agak basah. Ada balutan perban. Semacam daun-daunan sirih dan tembakau yang agak halus memenuhi beberapa pancaindranya, seperti di bagian mulut, hidung, telinga, dan mata. Jasad istrinya, Nek Banaa, terlihat kering-keropos, berwarna cokelat tua, dan rapuh seperti kertas. Semasa hidup Moli Sesa’ bertani serta berdagang kerbau dan kopi. Kini diteruskan oleh Samaa, anak lelakinya.
Di patane sebelah, kini giliran ibunda mumi laki-laki tadi yang dibuka petinya. Namanya Mama Sara. Agar semua warga bisa melihat, mumi perempuan tua ini juga dipegang oleh keluarga dalam keadaan berdiri. Ia terlihat masih sangat utuh, bahkan hingga ke wajah. Drama itu pun terulang kembali, dari suasana gembira dan tertawa-tawa hingga ke tangisan menyayat yang dilakukan keras-keras.
1
Kepala Lembang Bululangkan, E Ungke Toding Allo, 40 tahun, mengatakan sorak-sorai itu terjadi karena keluarga gembira menemukan jasad yang masih utuh dan bisa dikenali. ”Kondisi jasad yang utuh itu kebanggaan bagi keluarga yang ditinggal,” katanya. Adapun suasana haru dan sedih yang menyusulnya adalah pertanda para keluarga mengenang kehidupan tubuh-tubuh yang mati itu kala masih bersama mereka.
Banyak cerita bisa diperoleh dari peti-peti itu. Misalnya warna kain pembungkus jasad: ada yang polos, bermotif, tapi yang dominan adalah warna merah polos. Dalam penggunaan kain, merah menempati status sosial tertinggi. Untuk bisa menggunakan kain merah polos, keluarga harus memotong minimal tujuh ekor kerbau saat upacara rambu solo atau upacara pemakaman.
2
Yunus Lumbaa memberi contoh. Saat orang tua Thomas Seba, 69 tahun, wafat pada 1960, keluarganya belum mampu sehingga hanya memotong seekor kerbau. Mereka tak berhak menggunakan kain merah sebagai pembungkus jasad. Baru pada 1981, ketika Thomas yang merantau ke Papua sudah punya uang, ia mengorbankan delapan ekor kerbau untuk orang tuanya. Dengan kata lain, jasad orang tuanya sudah berhak mengenakan kain merah polos. Kini aturan soal kain itu sudah tak terlampau ketat lagi karena jenis kain yang tampak sudah beraneka ragam: ada pakaian bekas, sarung, seprai, bahkan karung terigu.
Ada lagi cerita tentang ukurannya, yang berbeda-beda karena sesuai dengan bentuk tubuh orang yang wafat. Seperti jasad-jasad di patane milik keluarga Ajun Komisaris Polisi Simon Moli. Jumlahnya ada sebelas—enam jasad orang dewasa dan lima jasad anak-anak berbagai usia. Yang paling kecil berukuran seperti bantal guling kecil dengan panjang 40 sentimeter. Kata Ne’ Maria, 70 tahun, jasad terkecil itu adalah anaknya yang meninggal saat masih dalam kandungan, berusia 5 bulan. ”Saat itu saya keguguran,” katanya. Setiap ma’nene, jasad yang satu itu hanya dijemur tanpa pernah dibuka kain bungkusannya.
Ma'nene Ritual Cleaning of Tanah Toraja Mummy
Di patane lain, tampak keluarga memegang dengan gembira tiga jasad orang tua yang masih utuh, meski sudah wafat lebih dari dua dasawarsa lalu. Salah satunya perempuan, terlihat dari rambutnya yang panjang. Mumi tua ini bernama Nek Sombo Allo, yang meninggal di usia 80 tahun.
Setelah dibersihkan dan sedikit dijemur di bawah sinar matahari, bungkusan jasad-jasad itu kemudian dirapikan kembali. Kain-kain yang sudah kurang bagus dibuang dan kain yang masih bagus tetap dipakai, ditambah beberapa helai kain baru. Setelah rapi, sebagian kemudian diikat dengan tali rafia atau tali dari sobekan sarung bekas. Yang tidak diikat langsung dimasukkan kembali ke peti.
***


Setelah ”arisan” dengan jenazah itu rampung, berikutnya adalah ”arisan” dengan handai taulan. Ini biasa disebut ne pare lapuk atau acara bersyukur bersama menutup ma’nene. Ini digelar di Rante, lapangan khusus yang memiliki batu-batu menhir di sekelilingnya. Batu-batu ini konon simbol tokoh masyarakat kampung yang telah wafat. ”Semakin besar batu,” kata E Ungke Toding Allo, Kepala Lembang Bululangkan, ”semakin tinggi kedudukannya.”
Penutupan prosesi yang sedianya digelar pada Minggu ditunda karena hari itu adalah jadwal warga mengikuti kebaktian. Di sore hari, beberapa anak muda tampak bermain sepak takraw di lapangan Rante. Dekat dari situ terdapat rumah Tongkonan yang berusia ratusan tahun. Tongkonan ini sudah berlumut dan pada bagian atapnya sudah ditumbuhi tanaman pakis atau semacam benalu yang cukup lebat.
Para orang tua memanggil anak-anak agar membantu mereka membuat pa’piong, masakan dari daging babi yang dimasukkan ke bambu lalu dibakar—makanan wajib Mappakende. Anak-anak membantu mengangkat babi yang telah diikat dan memegang kakinya ketika badik menikam ternak itu tepat pada jantungnya. Darah yang mengalir ditampung di botol. Setelah itu, mereka berlarian menyiapkan kayu dan ranting bambu untuk membakar babi yang sudah disembelih tersebut. Anak-anak perempuan lalu menyiapkan bumbu pa’piong, seperti daun bawang, bawang putih, cabai, merica, garam, dan daun-daunan setempat. Kurang dari 30 menit, bulu-bulu babi tadi bersih dilahap api dan babi itu tampak kaku dengan tubuh yang hitam gosong. Setelah dikeluarkan isi perutnya dan dipotong kecil-kecil, potongan-potongan itu kemudian dimasukkan ke beberapa batangan bambu berukuran setengah meter, lalu dibakar.
5
Keesokan harinya, pagi-pagi, warga terlihat mulai berdatangan ke Rante. Mereka menggelar tikar. Di atasnya mereka menata makanan yang akan disantap bersama. Acara akan dimulai pukul 08.00 Waktu Indonesia Tengah. Hadirin dari anak-anak hingga mereka yang berusia lanjut hadir. Salah satunya Nek Rande, tokoh masyarakat yang usianya lebih dari 100 tahun. Tampak juga beberapa tamu dari desa tetangga, seperti rombongan dari Lembang Punglu, Kecamatan Buntu Pepasa. Rombongan ini dipimpin Bapak Pore, 40 tahun.
Kerabat melakukan foto bersama dengan salah satu jasad.
Sempat terjadi diskusi pembagian daging; beberapa orang berpendapat daging dibagi rata untuk semua, ada pula yang berpendapat daging dibagi untuk mereka yang menyumbang saja. ”Ta bagi ratai to, ri ma sumbang,” kata Yunus Lumbaa. Kerbau dibeli seharga Rp 6,5 juta, sedangkan total sumbangan mencapai dua pertiganya. Penyumbang memberi dengan nilai nominal yang berbeda-beda, mulai Rp 40 ribu hingga Rp 2 juta—nilai nominal terbesar yang disumbang Thomas Seba. Kerbau yang dikorbankan dalam upacara penutupan ini tak boleh utangan. Mesti lunas.
Akhirnya disepakati daging kerbau dibagi rata untuk semua. Daging lantas dipotong-potong seukuran setengah sampai satu kilo, lalu ”plok!” dilemparkan ke hadapan masing-masing warga. Di tempat lain boleh jadi hal ini kurang sopan, tapi begitulah adat di Bululangkan.
7
Daging habis, yang tersisa tinggal kepala kerbau di tengah lapangan. Kini giliran kepala babi, bagi mereka yang membuat pa’piong, yang dikumpulkan. Totalnya 37 ekor. Semuanya kemudian dilelang dengan harga bervariasi, dari Rp 50 ribu hingga Rp 200 ribu. Setelah semuanya terjual, dana yang terkumpul mencapai Rp 4,35 juta, yang disumbangkan untuk enam gereja di Bululangkan.
Sang pemandu acara, Yunus Lumbaa, sejenak beristirahat. Ia minum tuak nira dari batang bambu sebagai pengganti gelas. Setelah itu, ia kembali berdiri di tengah Rante dan berdialog. Kini ia menagih utang dan janji-janji warga yang belum diselesaikan. Hasil tagihan dan sumbangan, sebesar Rp 26 juta, dikumpulkan untuk pembangunan fasilitas umum desa.
A family member cleans a mummy before giving it new clothes in a ritual in the Toraja district of Indonesia's South Sulawesi Province
Thomas Seba, sebagai anak rantau yang pulang dengan harta melimpah, lantas mengumumkan: ma’nene berikutnya akan digelar pada 2012. Pengumuman ini dilanjutkan dengan kebaktian bersama yang dipimpin seorang pendeta Bululangkan. Acara pun ditutup dengan makan bersama. Warga membuka bekal masing-masing, yakni pa’piong dalam berbagai rupa—ada yang bumbunya agak hitam, ada yang cokelat pucat, ada juga yang kekuningan. Tamu seperti Pore mendapat pa’piong utuh, masih dalam batang bambunya. Jumlahnya hingga 17 buah. ”Akan kami bawa pulang untuk dibagi-bagi kepada warga desa kami,” katanya.
Setelah makan, ”arisan” pun ditutup dengan warga beramai-ramai berjalan menuju tanah lapang tepat di halaman gereja, sekitar 1 km dari Rante. Di situ, para pria dewasa, minimal 12 tahun, beradu kaki sebagai perlambang kejantanan dalam olahraga sisemba. Siapa pun yang ikut harus menanggung akibatnya sendiri bila terluka, patah, atau bahkan meninggal dunia. Sekitar seratusan orang terlibat. Dalam riuhnya gerak tubuh dan kaki mereka yang beradu, beberapa orang sempat hampir adu jotos meski kemudian dapat didamaikan. Dengan damai seluruh prosesi ”arisan” pun usai. (By Irmawati–Intermezo, Majalah Tempo vol. 38 no. 34, Edisi Oktober 2009)
Batu mustika muqorrobun

Batu mustika muqorrobun ini memiliki power sebagai sarana untuk :
mustika pengasihan, mustika kewibawaan, mustika kerejekian, mustika pagar diri dan ghaib, mustika pemagaran , dan mustika kharomah jati serta kharomah diri- Benteng diri / perisai diri dari serangan ilmu hitam / makluk ghaib kiriman orang yg hendak berniat jahat
- Pemagaran Puncak / tingkat tinggi
- Penglarisan Tempat usaha, bisa toko, daya tarik ,wibawa dll
- Mengembalikan serangan ilmu hitam kepada sang pengirim dan yg menyuruh mengirim
- Membuka Simpul Aura Kewibawaan terutamanya pengasihan
- Pagar Diri ditempat angker / yg seram
- POwer Aji Pukulan BRAJAMUSTI
- Disegani dan dihormati
- Kepekaan tentang hal ghaib
- DLL
MAHAR 1,850,000
Untuk pemaharan hub/sms 081362959537 ( bpk Hendro Susilo )
( mahar disini hanyalah sebagai penebus wujud fisiknya saja, karena yang namanya energi, kodam, benda berkekuatan tidak terbataskan nilainya dan tidak selayaknya kita perjual belikan karena semua ada dan tercipta karena anugrah sang pencipta ALLAH SWT)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar