Sangat
menarik menelusuri pasir-pasir di pegunungan Bromo sambil merenungkan
kenapa para leluhur kita di masa silam berdiam diri di kawasan dingin
ini…
Perjalanan
dari Markas KWA di Sidoarjo ke pegunungan Bromo, wilayah kabupaten
probolinggo memakan waktu sekitar 4 jam. Berangkat pukul 13.30 WIB
sampai kawasan Bromo pada pukul 17.30 WIB. Jalan naik menanjak
berkelok-kelok menembus sekat demi sekat ruang dan waktu. Hingga sampai
ke deretan gunung-gunung menjulang menyerupai dinding-dinding raksasa.
Terasa
jauh perjalanan kali ini… padahal saya sudah beberapa kali ke Bromo,
namun tetap saja saya merasakan ada sesuatu yang berbeda di setiap kali
singgah di bumi tengger yang magis itu.
Terasa
seperti Tibet, negeri di atas awan… itulah Bromo… karena di sini kita
dilemparkan ke atas awan tinggi dan (bisa jadi) tempat tinggi akan
membuat jiwa raga kita semakin luruh. Begitu kira-kita yang ada di hati.
Syahdan,
kehidupan di Bromo dimulai saat kerajaan Majapahit kurang lebih pada
abad 16 (851 saka) yaitu saat kehidupan keraton kerajaan majapahit
tidak menentu kemudian mengalami goncangan politik yang di sertai dengan
perebutan kekuasaan.
Terjadinya
Perang perebutan kekuasaan, atau disebut dengan paregrek ….membuat
penduduk majapahit mengungsi…. Menjauh… naluri manusia adalah untuk
mencari kedamaian dan keselamatan…. Termasuk menghindari perang tersebut
dan juga menghindari diri adanya konflik…
Warga
majapahit berangkat berbondong-bondong dengan jumlah yang tidak begitu
besar menembus hutan belantara… ada yang naik kuda dan ada yang berjalan
kaki hingga terasa mereka menemukan sebuah tempat di tengah hutan yang
dikelilingi gunung dan tentu saja jauh dari Trowulan Mojokerto..pusat
kerajaan Majapahit.
Di tempat itulah… mereka menemukan sebuah istana agung yaitu gunung bromo dan menetap di sana. Karena tempatnya aman tenang dan damai dan jauh dari hingar bingar perebutan kekuasaan dan jauh dari peperangan maka kawasan baru itu disebut tanah Hila – Hila (tanah suci).
Di sebuah desa yang bernama ” Walandit ” yang sekarang dihuni penduduk Tengger tinggal seorang Ulun Hyang yang memuja Shang Hyang Swayambu disebut juga Shang Hyang Brahma. Penduduk walandit dibebaskan dari membayar titileman (pajak upacara kenegaraaan), dan penduduk walandit hanya di wajibkan untuk melakukan kegiatan upacara-upacara kegamaan Agama Hindu sebagai Abdi Dewata, dan melakukan pemujaan di gunung bromo.
Adanya
prasasti walandit yang di buat oleh kerajaan Majapahit membuktikan
bahwa setelah kedatangan gelombang masyarakat maka justeru diapresiasi
oleh Hayam Wuruk dengan penetapan kawasan Bromo sebagai “hadiah”.
Walandit — empu prapanca dalam kakawin negarakertagama menyebutkan makna
walandit adalah tempat suci di mana penduduknya menghabiskan hidupnya
sebagai Abdi Dewata, Abdi Tuhan, Hamba sang Hyang Widi.
Empu
prapanca adalah pujangga kenamaan kerajaan majapahit yang di sebutkan
dalam Prasasti yang pertama berumur kurang lebih tahun 851 saka (929 m)
kemudian prasasti yang kedua kurang lebih pada tahun 1327 saka ( 1407 m
) yang di temukan di daerah penanjakan yang termasuk Desa wonokitri
pasuruan, dimana di dalam prasasti menunjukan adanya peradaban kehidupan
spiritual di kawasan bumi tengger “Walandit”,
Di
dalam prasasti tersebut terdapat tulisan Bahasa Jawa Kawi Kuno kerajaan
majapahit di tegaskan bahwa : ” aneninggih teteloman ring walandit
kajebeh kajobong tanah hila-hila Shang Hyang Swayambu”. Shang Hyang
Brahma atau Shang Hyang Swayambu ( Dewa Brahma… ” Bromo ” dalam bahasa
jawa kawi kuno ).
Di
situ di sebutkan bahwa gunung bromo adalah merupakan tanah suci dan
tanah wangi dan merupakan pelinggih atau tempat beristananya Shang Hyang
Brahma yang di gunakan sebagai tempat pemujaan oleh Ulun Hyang atau
abdi Tuhan dan dari situlah nama gunung Bromo berasal.
Orang
tengger pasti mengenal leluhur mereka yaitu Roro Anteng dan Jogo Seger
yang hidup di tanah suci Hila-hila setelah menghindarkan perang parekrek
di kerajaan majapahit. Pasangan ini dipercaya bukanlah sekedar cerita
sejarah melainkan dipercaya sebagai tetenger atau pengingat untuk anak
cucu Tengger dan seluruh Jagad.
Roro
Anteng yang aslinya adalah seorang putri bangsawan Majapahit…. ”
Anteng ” artinya dalam bahasa jawa : tenang, kokoh, tentram…sementara
Joko Seger adalah putra seorang Brahmana….. ” Seger ” artinya dalam
bahasa jawa : segar, subur, makmur. Nama tengger sendiri di bentuk dari
kedua nama tersebut ” teng ” dan ” ger ” jadilah TENGGER nama ini juga
apabila di artikan lebih jauh mempunyai makna yang mendasar , pedoman
dan sebagai ciri khas Tengger yaitu ” tengering budi kang luhur ” yang
tidak jauh dari arti walandit itu sendiri .
Beliau
berdua menetap di kawasan rata cemara sewu dan di angkat sebagai anak
oleh Sang Maha Resi Dadap putih dan kemudian di nikahkan. Karena lama
Beliau tidak mendapatkan keturunan dan apabila orang berkeluarga tentu
apabila belum mendapatkan keturunan maka kurang lengkap. Kemudian Beliau
melakukan tapa brata di watu kuta memohon kepada Shang Hyang Widhi agar
di karuniai keturunan, kemudian beliau di restui oleh Shang Hyang Widhi
dan di karunia anak 25, sebagai awal mula cikal bakal Tengger.
Mereka
memiliki tempat beristananya sendiri sendiri….. Tumenggung Kliwung
(Gunung Ringgit ), Kaki Dukun (Watu Wungkuk), Ki Pranoto (Sanggar
Poten), Nini Perniti (Mbajangan), Tunggul Ametung (Tunggu’an), Raden
Mesigit (Gunung Batok), Puspo Ki Gentong (Widodaren), Kaki Teku Nini
Teku (Guyangan), Ki Dadung Awuk, Ki Dumeling (Pusung Lingker), Ki Sindu
Joyo (Wanangkara), Raden Sapu Jagad (Pudak Lembu), Ki Jenggot (Gunung
Rujak), Ki Demang Diningrat (Gunung Semeru), Kusuma (Kawah Gunung
Bromo), Sinta Wiji (Gunung Ranten), Ki Baru Klinting (Lemah Kuning), Ki
Kawit (Sumber Semanik), Jiting Jinah (Gunung Jemahan), Ical Prabu Siwah
(Gunung Lingga), Cokro Pranoto Aminoto (Gunung Gender), Tunggul Wulung
(Cemara Lawang), Tumenggung Klinter, Raden Bagus Waris (Watu Balang).
Pada Hari Raya Yadya Kasada, warga Bromo tengger merayakan upacara
sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi. Setiap
bulan Kasada hari-14 dalam penanggalan Jawa, yaitu upacara sesembahan
atau sesajen kepada Dewa Brahma dan para leluhur. Mereka mengingat dan
mengenang leluhur Roro Anteng dan Joko Seger membangun pemukiman dan
kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa
Mangkurat Ing Tengger, “Penguasa Tengger yang Budiman”.
Mereka
tidak di karunia anak sehingga mereka melakukan semedi atau bertapa
kepada Sang Hyang Widhi, tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa
semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan
keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Bromo.
Pasangan
Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25
orang putra-putri, namun naluri orangtua tetaplah tidak tega bila
kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka
Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan
malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita
kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kesuma,
anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah
Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib,
“Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orangtua
kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan
tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap
bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi
di kawah Gunung Bromo”. Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh
masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten
lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Sebagai
pemeluk agama Hindu, Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama Hindu
pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun
bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
Poten
merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya
upacara Kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger yang
beragama Hindu, Pura Luhur Poten Bromo terdiri dari beberapa bangunan
yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi
menjadi tiga mandala atau zona.
Pertama. Mandala
Utama disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan
persembahyangan. Mandala itu sendiri terdiri dari Padma berfungsi
sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa. Padma bentuknya serupa
candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan, tidak memakai atap
yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas, badan batur dan kepala
yang disebut sari dilengkapi dengan Bedawang, Nala, Garuda, dan Angsa.
Beawang
Nala melukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh
seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang
badan padma yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan
bentuk dan fungsi padmasana.
Bangunan Sekepat (tiang empat) atau
yang lebih besar letaknya di bagian sisi sehadapan dengan bangunan
pemujaan padmasana, menghadap ke timur atau sesuai dengan orientasi
bangunan pemujaan dan terbuka keempat sisinya. Fungsinya untuk penyajian
sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara. Bale Pawedan serta
tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan. Kori Agung Candi
Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota
segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan
bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan sisi-sisi
sekitar depa alit, depa madya atau depa agung. Tinggi bangunan dapat
berkisar sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter
memungkinkan pula dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan
proporsi candi.
Kedua Mandala
Madya disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara
terdiri dari Kori Agung Candi Bentar, bentuknya serupa dengan tugu,
kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak
bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar, segi
empat atau segi banyak dengan sisi-sisi sekitar satu depa alit, depa
madya, depa agung. Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di
sudut depan pekarangan pura, bentuknya susunan tepas, batur, sari dan
atap penutup ruangan kul-kul/kentongan.
Fungsinya
untuk tempat kul-kul yang dibunyikan awal, akhir dan saat tertentu dari
rangkaian upacara. Bale Bengong, disebut juga pewarengan suci letaknya
di antara jaba tengah mandala madya, mandala nista jaba sisi. Bentuk
bangunannya empat persegi atau memanjang deretan tiang dua-dua atau
banyak luas bangunan untuk dapur. Fungsinya untuk mempersiapkan
keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang umumnya
jauh dari desa tempat pemukiman.
Ketiga. Mandala
Nista disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam
pura yang terdiri dari bangunan candi bentar bangunan penunjang lainnya.
Pekarangan pura dibatasi oleh tembok penyengker batas pekarangan pintu
masuk di depan atau di jabaan tengah sisi memakai candi bentar dan pintu
masuk ke jeroan utama memakai Kori Agung.
Tembok
penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi dan
kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya. Bangunan pura pada
umumnya menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian
pula pemujaan dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah
terbitnya matahari.
Di lautan pasir yang sepi…. Sendiri.. tiba-tiba saya mendengar lantunan lirih “Bhagavad gita” di sanubari….
kepada
Tuhanku yang Maha Pecinta dan Tercinta namun tak terlihat oleh mataku
kusampaikan…. Senja di sore itu menemani kepergianmu… Saat kau ucap kata
kau tak lagi bersamaku… Perih yang ku rasa mungkin takkan pernah kau
gubah… Cinta yang dulu ada kini telah kau bawa…Cinta jangan tinggalkan
aku… Karena takkan pernah ada cinta selain dirimu…. Cinta kau duakan aku
takkan sanggup ku menghapus… Segala bayangmu oh kekasihku kekasihku….
Cinta jangan tinggalkan aku… Karena takkan pernah ada cinta selain
dirimu…. Cinta kau duakan aku takkan sanggup ku menghapus…..Segala
bayangmu oh kekasihku kekasihku…….Cinta jangan tinggalkan aku….Karena
takkan pernah ada cinta selain dirimu……….Jika kau tinggalkan aku takkan
sanggup ku menghapus……Segala bayangmu oh kekasihku kembalilah…..Cinta
jangan tinggalkan aku……..Karena takkan pernah ada cinta selain dirimu…..
Jika kau tinggalkan aku takkan sanggup ku menghapus….Segala bayangmu oh
kekasihku kembalilah,….
@Wongalus, 2013
Batu mustika muqorrobun
Batu mustika muqorrobun ini memiliki power sebagai sarana untuk :
mustika pengasihan, mustika kewibawaan, mustika kerejekian, mustika pagar diri dan ghaib, mustika pemagaran , dan mustika kharomah jati serta kharomah diri- Benteng diri / perisai diri dari serangan ilmu hitam / makluk ghaib kiriman orang yg hendak berniat jahat
- Pemagaran Puncak / tingkat tinggi
- Penglarisan Tempat usaha, bisa toko, daya tarik ,wibawa dll
- Mengembalikan serangan ilmu hitam kepada sang pengirim dan yg menyuruh mengirim
- Membuka Simpul Aura Kewibawaan terutamanya pengasihan
- Pagar Diri ditempat angker / yg seram
- POwer Aji Pukulan BRAJAMUSTI
- Disegani dan dihormati
- Kepekaan tentang hal ghaib
- DLL
MAHAR 1,850,000
Untuk pemaharan hub/sms 081362959537 ( bpk Hendro Susilo )
( mahar disini hanyalah sebagai penebus wujud fisiknya saja, karena yang namanya energi, kodam, benda berkekuatan tidak terbataskan nilainya dan tidak selayaknya kita perjual belikan karena semua ada dan tercipta karena anugrah sang pencipta ALLAH SWT)
Batu mustika muqorrobun ini memiliki power sebagai sarana untuk :
mustika pengasihan, mustika kewibawaan, mustika kerejekian, mustika pagar diri dan ghaib, mustika pemagaran , dan mustika kharomah jati serta kharomah diri- Benteng diri / perisai diri dari serangan ilmu hitam / makluk ghaib kiriman orang yg hendak berniat jahat
- Pemagaran Puncak / tingkat tinggi
- Penglarisan Tempat usaha, bisa toko, daya tarik ,wibawa dll
- Mengembalikan serangan ilmu hitam kepada sang pengirim dan yg menyuruh mengirim
- Membuka Simpul Aura Kewibawaan terutamanya pengasihan
- Pagar Diri ditempat angker / yg seram
- POwer Aji Pukulan BRAJAMUSTI
- Disegani dan dihormati
- Kepekaan tentang hal ghaib
- DLL
MAHAR 1,850,000
Untuk pemaharan hub/sms 081362959537 ( bpk Hendro Susilo )
( mahar disini hanyalah sebagai penebus wujud fisiknya saja, karena yang namanya energi, kodam, benda berkekuatan tidak terbataskan nilainya dan tidak selayaknya kita perjual belikan karena semua ada dan tercipta karena anugrah sang pencipta ALLAH SWT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar